Sabtu, 17 Juli 2010

Goa Keraton

Sejak bumi dihuni oleh manusia, gua memiliki peranan yang penting. Manusia purba menjadikannya sebagai tempat tinggal. Mereka memanfaatkan gua untuk tempat berlindung dari cuaca ataupun binatang buas. Banyak sejarah kehidupan manusia tempo dulu dikaji dari sini, relief pada dinding gua sering dijadikan sebagai bahan kajian. Kesan mistis dan seram sepertinya telah sirna, ornamen yang terdapat dalam gua telah merubah paradigma tersebut. Kilau cahaya pada dinding gua seolah - olah mampu menyedot perhatian anda untuk datang menikmatinya.

Sayangnya tidak semua ornamen dapat dinikmati dengan mudah, ada ornamen yang dapat dinikmati sampai kedalaman 2 km dari permukaan tanah. Kesulitan itu seolah menjadi tantangan bagi yang akan menikmatinya, butuh peralatan dan keahlian khusus untuk mencapai kedalaman tersebut.

“Tingkat kesulitan yang ada dipengaruhi oleh bentuk dan karakteristik guanya, gua dengan karakteristik vertical sangat sulit dilalui, sedangkan gua yang memiliki karakteristik horizontal tak butuh peralatan khusus, biasanya dijadikan sebagai objek wisata alam ”, ujar seorang penelusur gua, zarwin, di sebuah warung di terminal Citeurep, Sabtu (29/5).

Meskipun tingkat kesulitannya tinggi, tidak menyurutkan semangat para penggemar telusur gua. Buktinya, para penggemarnya terus meningkat peminatnya kebanyakan generasi muda yang senang tantangan. Bagi para caver Jakarta, kawasan karst Tajur, Citeurep, sudah tak asing lagi. Lokasi ini sering dijadikan sebagai ajang latihan untuk persipan ekspedisi ataupun untuk meningkatkan kemampuan individu, hampir tiap hari libur lokasi ini selalu dipenuhi caver Jakarta.

Gua Keraton merupakan gua yang menjadi tujuan utama caver, disebut keraton karena ornamen yang ada menyerupai kemewahan hiasan keraton. Masyarakat setempat menyebutnya gua Putri. Gua yang berada di daerah Tajur, Bogor ini bentuknya vertical dan horizontal, kedalaman verticalnya sekitar 25 m, sedangkan panjang horizontalnya belum ada yang mengetahuinya.

Tingkat kesulitan gua ini tak terlalu tinggi, sangat baik dijadikan sebagai media latihan SRT (single rope tranverse). Ketika memasuki mulut gua, hiasan ornamen gua yang berkilau terkena pantulan cahaya lampu begitu mempesona. Persis di depan mulut gua terdapat stalaktit besar setinggi satu meter, oleh masyarakat batu ini diyakini sebagai penjaga istana gua Keraton.

Dari mulut gua jalur yang dilalui horizontal. Sepanjang lorong ini terdapat jalur air yang tidak terlalu deras. Jalur yang panjangnya sekitar 10 m ini akan berakhir di sebuah mulut gua vertical. Pada ujung jalur ini terdapat daerah datar yang tidak terlalu luas. Di tempat inilah biasanya para caver istirahat sebelum melakukan penelusuran.

Pada lokasi ini terdapat lubang besar yang tingginya 10 m, dari lubang sinar Matahari dapat menembus dinding-dinding gua yang lembab. Dinding gua pada tempat ini tertutup lumut hijau, bila terkena sinar Matahari akan memantulkan cahaya hijau kebiruan, bagaikan air laut ditengah kegelapan.

Lubang tersebut merupakan jalur vertical gua Keraton bagian luar. Masih ada lagi lubang vertical bagian dalam, jalur vertical ini lebih sulit dan butuh peralatan khusus. “ Disini cahaya matahari tak dapat menembus dinding gua, penggunaan alat penerangan hal mutlak yang harus dibawa”, kata seorang KAWUL anggota MAYAPALA,

Tak jauh dari mulut gua yang vertical terdapat celah batu yang dapat digunakan untuk memasang anchor (pengamat utama sebagai penambat tali). Setelah anchor dipasang dan peralatan lainnya siap, penelusuran Gua Keraton pun dimulai. Gelapnya lorong gua serta licinnya batuan membutuhkan nyali yang besar untuk menaklukannya, setelah beberapa lama menggantung pada tali, terdapat sebuah pitch (titik berhenti), di lokasi inilah biasanya caver beristirahat.

Dari pitch ini untuk sampai ke dasar gua tak terlalu jauh, tinggal turun sedikit dasar gua pun dapat dipijak. Dasar Gua Keraton sangat luas menyerupai alun-alun, di dasar gua ini terdapat jalur horizontal yang ujungnya belum diketahui. Di sini suara hiruk pikuk kehidupan tak terdengar. Suara desiran air terdengar lembut, membuat hati terasa tenang. Kesejukan dan kesunyiannya sejenak hanyutkan kita kedalam kehidupan yang penuh kedamaian

Jumat, 16 Juli 2010

Sungai Cisadane

sungai Cisadane merupakan pilihan yang tepat untuk berarung jeram. Letaknya tak jauh dari kota Bogor. Aliran air berasal dari dari kawasan hutan-hutan di Gunung Salak. Panjang sungai yang asyik dan biasa diarungi adalah sepanjang 9 km dengan tingkat kesulitan sungai II+ – III. Waktu tempuh sekitar 2 jam. Titik awal dimulai dari jembatan Ciampea dan berakhir di kampung Pasir Karikil, sekitar satu jam pengarungan dari titik pertemuan sungai Cianten – Cisadane.

Diawal (30 menit pertama) pengarungan kita akan disapa streiner berupa bambu yang menghalangi sungai. Tepat sesaat sebelum pertemuan sungai Cisadane – Cianten terdapat situs purbakala jaman kerajaan Tarumanegara. Disitu terdapat batu besar dengan tulisan kumo yang sampai saat ini masih belum diketahui maknanya (masih belum direlokasi). Diujung hilir sungai Cianten juga terdapat batu bertumpuk seperi punden berundak sebagai penanda lokasi ditemukannya prasati. Saat ini prasasti tersebut sudah direlokasi.

Setelah pertemuan Kedua sungai akan ditemui 2 buah jeram yang “lumayan menghibur”. Yang pertama Jeram Naga (ada batu besar mirip kepala naga disekitar jeram) yang merupakan jeram drop and fall yang tercipta dari 2 buah gate dari batu besar. Arus utamanya akan menghantam kearah dinding disebelah kiri sungai. Jika tim tidak kuat untuk membawa prahu kekanan, maka perahu akan terbawa menuju eddie dibelakang kiri jeram tersebut. Jadi tim bisa beristirahat dulu untuk selanjutnya melawan arus kuat yang datang dari sebelah kanan.

Setelah melewati jeram naga, kita akan melewati jeram “manis”, yang merupakan kompleks standing wave kecil yang cukup membuat kita merasakan debur sungai.

Bagaimana mencapai Cisadane

Dari Stasiun Bogor, kalo elo situ2 bawa perahu, mending langsung carter angkot + Rp 30rb-35 rb per angkot (tips:gunain cewe2 perayu yang ayu). Bilang aja ke jembatan Ciampea. Ato buat yang ngeteng bisa dari�stasiun bogor terus jalan kaki menuju terminal merdeka naik angkot jurusan Bantarkambing (lupa tarifnya-ada yang inget?), turun di Jembatan Ciampea.

Kamis, 15 Juli 2010

Skateboards

Skateboarding adalah populer di banyak tempat di seluruh dunia. Anak-anak, remaja, dan dewasa muda sama-sama semua menjadi terpesona dengan olahraga. Skateboarding taman sedang dibangun di banyak kota-kota di seluruh dunia dan perdagangan anak-anak adalah olahraga tradisional seperti bisbol atau sepak bola untuk waktu yang dihabiskan menikmati aktivitas dari skateboarding yg ekstrem.

Kebanyakan orang memiliki gambar dalam pikiran mereka mengenai jenis-jenis orang yang menyukai skateboard, dan foto-foto mereka tidak selalu menyenangkan. Skateboarding biasanya diperuntukkan bagi remaja dan dewasa muda yang belum cukup berhubungan dengan orang lain atau kegiatan dan yang mencari tempat identitas. Dan sementara dalam beberapa hal ini benar untuk orang-orang yang mencintai skateboard, bukanlah apa yang kita cintai ini tentang begitu banyak olahraga dan kegiatan kami memilih untuk berpartisipasi dalam? Kami mencintai untuk mencoba yang baru dan kadang-kadang hal-hal yang ekstrim dan kita cintai harus diidentifikasi dengan sekelompok orang yang semua menikmati hal-hal yang serupa.

Skateboarding, seperti banyak olahraga dan kegiatan lainnya, memiliki manfaat. Sebagai permulaan, skateboarding membuat orang-orang dari sofa dan di luar sedang aktif. Kita semua tahu bahwa tidak aktif adalah salah satu gaya hidup yang paling berbahaya untuk mengadopsi. Saya akan menyarankan bahwa seorang remaja atau dewasa muda yang menghabiskan jam demi jam melakukan hobi yang sudah tidak aktif sebenarnya lebih berbahaya daripada seorang remaja atau dewasa muda melakukan aktivitas yang ekstrem seperti skateboard. Anak-anak yang mulai skateboard pada usia dini belajar mencintai aktivitas fisik dan akan sering menikmati manfaat kesehatan dari kegiatan itu selama bertahun-tahun yang akan datang.

Skateboarding juga merupakan cara yang baik untuk anak-anak dan remaja untuk berteman dan berhubungan dengan orang-orang dengan minat yang sama. Semua orang tahu bahwa teman yang baik tidak mudah didapat, dan itulah sebabnya hal itu sangat bagus untuk anak-anak untuk menikmati aktivitas yang aman dan sehat seperti skateboard karena membantu mereka meningkatkan ketrampilan sosial dan relasional sangat. Tidak semua anak dipotong untuk memainkan olahraga yang kita memuliakan budaya arus utama, dan memilih skateboard malah dapat menjadi alternatif yang besar bagi banyak anak-anak.

Ollie adalah gerakan dasar dalam bermain skateboard. Yaitu manuver loncatan biasa. Ketika melakukan ollie, tubuh skater mengikuti papan yang meloncat ke depan atau statis. Sementara itu kick flip, yaitu membuat putaran pada papan sebanyak satu kali atau lebih (ke arah kiri atau kanan) dengan posisi tubuh melayang di udara.

Trik lain jalan dengan papan skateboard, trik ini sangat mudah dan dimaksudkan untuk setiap awal skaters ... melakukan hal ini dalam pro kontes akan membuat orang tertawa (yang tidak selalu yang buruk). Berdiri dengan kaki di depan Ujung papan skate anda dan punggung kaki di ekor papan skate Anda. Tekan bawah depan kaki Anda (seperti manual), buka sekitar 45 derajat ke kanan atau ke kiri melakukan hal yang sama dengan kaki dan lainnya ... sekarang Anda berjalan-jalan dengan papan

Meskipun skateboarding adalah kegiatan rekreasi yang populer dan memberi Anda rendah dampak latihan aerobik tapi kenaikan baru-baru ini cedera skateboard menyebabkan keprihatinan besar di seluruh dunia. Yang paling umum dan cedera paling serius adalah cedera kepala. Cedera kepala adalah salah satu penyebab utama kematian dan cacat dalam olahraga ini. Banyak cedera dapat dicegah jika pemain skateboard memakai peralatan keselamatan dan menghindari skating di daerah berbahaya dan tidak rata.

Rabu, 14 Juli 2010

Gunung Cikurai

Cikuray yang identik dengan sebuah kerucut raksasa adalah salah satu gunung yang terletak di selatan kota Garut Jawa Barat. Gunung yang termasuk dalam kelompok pegunungan muda ini dikategorikan sebagai gunung yang non aktif. Meskipun gunung ini indah, tetapi termasuk jarang didaki dan dijamah dan harus mengakui kepopuleran gunung lainnya seperti Gunung Gede Pangrango ataupun Gunung Ciremay. Untuk mencapai lokasi pendakian, pendaki bisa memulai dari Cilawu, selanjutnya menuju perkebunan Dayeuh Manggung, sebelum memulai pendakian menuju puncak gunung ini. Dari daerah tersebut pendaki dapat menemukan sebuah tower yang cukup tinggi (TVRI) yang nantinya dapat dijadikan arah (pedoman) dalam perjalanan menuju puncak.

Seperti karakteristik dari gunung-gunung lain yang memilikik bentuk seperti ini, mata air mengalir akan sulit ditemukan atau bahkan tidak terdapat sama sekali dalam perjalanan menuju ke puncak gunung, dan mata air yang ada di gunung ini pun hanya ditemukan di bawah (Cilawu atau Dayeuh Manggung). Oleh karena itu para pendaki sebaiknya membawa persediaan air yang cukup.

Untuk mencapai puncak gunung yang tingginya mencapai 2821 meter diatas permukaan laut ini, diperlukan waktu tempuh selama 7 sampai 12 jam untuk waktu normal dan pada waktu tertentu sebaiknya pendaki diasarankan agar beristirahat untuk menjaga kondisi dan tenaga. Karena jalur pendakian yang masih termasuk jarang dijamah orang, maka kita akan disuguhkan sebuah pemandangan hutan asri dan alami, tetapi perlu diingat oleh setiap pendaki bahwa dalam perjalanan selama menuju ke puncak kita akan menemukan beberapa percabangan jalan, karena petunjuk menuju puncak gunung tidak terdapat dengan jelas seperti halnya Gunung Gede yang telah menggunakan tanda panah untuk mencapai ke puncak, maka sebaiknya pemimpin rombongan selalu ekstra hati-hati dalam mengambil jalur pendakian, karena tidak sedikit pendaki yang tersesat karena salah dalam menentukan jalur yang akan dilalui dalam pendakian.

Hutan yang terdapat di gunung ini merupakan salah satu hutan yang sangat sempurna, karena pada beberapa bagian lereng ataupun lembah hampir tidak pernah dijamah oleh manusia, itu terbukti ketika penulis mencoba membuka jalur baru, penulis tidak menemukan bekas-bekas eksploitasi tangan manusia, bahkan pencari kayupun tidak pernah mencapai lokasi tersebut.

Itu terbukti dari tidak adanya jejak yang berupa potongan ranting yang membuka jalan setapak, baik menuju puncak ataupun menuruni puncak. Dan keadaan ini berbeda dengan kebanyakan gunung di Jawa Tengah. Gunung-gunung di Jawa Tengah selain Gunung Slamet (3428 M) telah mengalami eksploitasi besar-besaran sehingga fungsi hutan sebagai penyangga daerah sekitar dan sumber air bersih untuk penduduk menjadi terganggu bahkan di beberapa tempat hampir tidak ditemukan mata air mengalir.

Setiap pendaki pasti akan merasa gembira setelah mencapai puncak, begitu juga dalam pendakian ke puncak Gunung Cikurai ini. Pendaki merasa puas setelah mencapai puncak. Khususnya puncak cikurai, pendaki akan disuguhkan pemandangan yang mungkin berbeda dengan pemandangan di puncak gunung lain, karena kalau kita berdiri di puncak gunung ini yang luasnya kurang lebih sebesar “lapangan sepak bola”, pandangan mata kita akan sangat jelas melihat sekeliling gunung, karena tidak ada pohon ataupun bangunan apapun yang menghalangi pandangan kita. Oleh karena itu sebaiknya pendaki mencapai puncak pada dini hari karena ketika matahari terbit, pemandangannya mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan.

Untuk mencapai lokasi pendakian, pendaki bisa memulai dari Cilawu, selanjutnya menuju perkebunan Dayeuh Manggung, sebelum memulai pendakian menuju puncak gunung ini. Dari daerah tersebut pendaki dapat menemukan sebuah tower yang cukup tinggi (TVRI) yang nantinya dapat dijadikan arah (pedoman) dalam perjalanan menuju puncak. Setelah pendakian puncak selesai, pendaki diberi pilihan untuk jalur penurunan. Pendaki dapat turun menuju Cikajang atau turun melewati jalur awal ketika pendaki memulai pendakian.

Selasa, 13 Juli 2010

Tebing Kelapa Nunggal

Tebing Kelapa Nunggal berada di wilayah timur Kabupaten Bogor, tepatnya sebelah selatan kantor Kecamatan Kelapa Nunggal, Kabupaten Bogor. Sejak tahun 90-an tebing kelapa nunggal sudah banyak dikunjungi, baik untuk latihan panjat tebing maupun latihan turun tebing. Hingga saat ini pada setiap hari libur tebing kelapa nunggal tidak luput dari pengunjung.

Jalur menuju tebing yang paling mudah diakses yaitu melalui jalan raya narogong, dan masuk gang sebelah Polsek Kelapa Nunggal. Kondisi jalan menuju tebing adalah batuan kapur yang bercampur tanah merah akan mewarnai roda kendaraan yang kita gunakan ketika hujan turun, akibat aktivitas truck pengangkut batu kapur yang melintas dilokasi ini membuat kondisi jalan rusak parah.

Bagi para pelancong yang berasal dari wilayah Jabodetabek biasanya banyak yang menggunakan kendaraan roda dua untuk mengunjungi lokasi ini, karena selain praktis, penggunaan kendaraan roda dua lebih ekonomis. Jika menggunakan angkutan umum,untuk tiba di tebing kelapa nunggal bisa menggunakan jasa ojeg atau menumpang truck pengangkut batu kapur yang beroperasi selama 24 jam.

Ada berberapa tebing yang dapat dilakukan untuk aktivitas panjat tebing, diantaranya yaitu, tebing luar, tebing dalam, dan tebing putih. Untuk kali ini kami memilih tebing dalam kelapa nunggal, karena selain memiliki bentuk yang cukup ekstreme, aktivitas pemanjatan di tebing ini terhindar dari sengatan matahari.

Tebing yang kami pergunakan saat ini lokasinya agak kedalam dari jalan, berbeda dengan tebing depan yang lokasinya persis dipinggir jalan. Sedangkan tebing putih berada agak kedalam dari jalan, tapi lokasi tebing putih terlihat jelas dari jalan. Dasar penamaan tebing dalam dan tebing depan diambil dari lokasinya yang berada di depan dan didalam, sedangkan tebing putih diambil dari warna tebing yang putih.

Tak jauh dari tebing dalam, terdapat sebuah warung yang bisa dimanfaatkan sebagai base camp, sebuah pilihan selain mendirikan tenda. Tetapi biasanya para pemanjat yang bermalam dilokasi ini hanya memanfaatkan air dari sumur yang berada dekat warung tersebut. Cukup berbicara dengan pemilik warung, hidangan makan malam dan makan siang dapat kita peroleh dari warung ini.

Terdapat beberapa jalur pemanjatan di tebing dalam kelapa nunggal yang memfasilitasi penggemar olahraga panjat tebing, diantaranya yaitu Jalur astaga, jalur kampret kiri, jalur kampret lurus, juwita, anjing, monyet, bismillah, serta jalur-jalur pendek lainnya (boulder). Pada hampir semua jalur merupakan overhang yang minim pegangan dengan ketinggian rata-rata sekitar 1 pitch

Senin, 12 Juli 2010

Goa Gombong

Gua Gombong di Sukabumi Selatan, Jawa Barat. , berada dalam sebuah kawasan karst dengan morfologi lembah yang mempunyai kerapatan vegetasi tinggi, terlihat dengan banyak ditemukannya berbagai jenis tumbuhan antara lain singkong, sayur-sayuran, pohon pinus, pohon jati, pohon pisang dan rumpun bambu. Alhasil tidak terlihat singkapan karst yang signifikan dipermukaan. Di sebelah barat lembah mengalir sebuah sungai yang mengalir dari Gua Bibijilan dan mempunyai air terjun, oleh masyarakat setempat diberi nama Curug Dadali dalam bahasa sunda Bibijilan berarti tepat keluarnya air sedangkan Curug memang berarti air terjun dan Dadali berarti burung dadali. Curug Dadali oleh masyarakat setempat dikelola menjadi sebuah tempat wisata alam, Pada hari libur biasanya banyak pengunjung yang datang untuk menikmati indahnya Curug Dadali, ditambah disekeliling Curug Dadali yang menyuguhkan panorama alam dan udara sejuk yang menyegarkan karena rimbunnya pohon-pohon pinus dikawasan wisata Curug Dadali ataupun hanya untuk sekedar bermain air sungai yang jernih dengan sang kekasih dibawah siraman Curug Dadali.

Kawasan ini secara administratif berada di Desa Kerta Angsana Kecamatan Nyalindung Sukabumi Selatan. Sebenarnya Gua Gombong juga masih termasuk dalam kawasan wisata Buni Ayu, akan tetapi Gua Gombong kurang dikenal dibandingkan dengan Gua Siluman. Untuk pergi ke sana, dari kota Bandung kita menuju Sukabumi kemudian berbelok ke arah selatan dari pusat Kota Sukabumi untuk menuju kecamatan Nyalindung jarak yang ditempuh sekitar 2 sampai 3 jam dari pusat Kota Sukabumi saja hingga Buni Ayu kemudian belok ke kiri ke arah Desa Kerta Angsana.

Saat akan memasuki gua, tim harus ekstra hati-hati karena mulut Gua Gombong mempunyai bentuk sumuran bulat kecil dengan lorongnya yang menurun tajam (Vertical) sedalam ± 30 meteran sehingga agak sulit untuk dimasuki. Selain itu dibutuhkan peralatan dan keterampilan panjat tebing yang memadai untuk memasukinya. Setelah memasang tambatan utama (Anchor) melalui celah tembus pada batu besar didepan entrance untuk leading dan tali tetap yang menjuntai ke dasar gua (Fixed Rope), kemudian tim bergiliran menuruni (Rapelling) sumuran tersebut untuk dapat ke dasar gua. Setelah tim sampai di dasar gua yang berbentuk lorong (Chamber) dengan lebar kanan-kiri bervariasi antara 3-4 meter, dengan tinggi ± 6 meter dan sedikit berair campur lumpur sehingga membuat lantai gua menjadi sulit ditelusuri karena licin. Dahulu lorong ini adalah sebuah lorong yang terdapat aliran air, karena sekarang sudah ditinggalkan oleh lintasan air maka lorong ini disebut lorong fosil.

Hal ini dapat dilihat dari bekas guratan-guratan aliran air pada dinding gua yang kira-kira tingginya sebahu tubuh manusia, diperkirakaan jika terjadi banjir air dalam lorong ini bisa mencapai ketinggian ± 7-9 meter atau bahkan mencapai plafon gua akan tetapi kami belum bisa memastikan kapan tepatnya lorong ini sudah tidak di diisi air lagi bisa ratusan ribu atau ribuan tahun yang lalu. Perasaan was-was menyelimuti seluruh anggota tim karena pada saat kami menelusuri gua ini sedang terjadi hujan dipermukaan, kemudiaan setelah diperiksa ternyata bekas guratan air tersebut seperti busa ketika kami basuh dengan air bisa hilang begitu saja hal ini menandakan bekas tersebut belum lama alias masih baru.

Suasana menjadi begitu mencekam membuat kadar Adrenaline menjadi naik, mental kami sedang diuji keberanianya bisa saja ini bekas aliran air bulan lalu ataupun yang kemarin?!?. Kemudian tim pun mulai melanjutkan penelusuran dan pemetaan gua dimulai dari stasiun pertama yang posisinya tepat dibawah lorong vertical ke arah timur kemudian setelah melewati 15 meter yang penuh lumpur dari lorong utama terlihat banyak dijumpai celah vertikal yang meneteskan air cukup besar pada atap gua hal ini terjadi akibat adanya rekahan atau runtuhan pada permukaan gua diatasnya, dan terlihat beberapa lubang lagi pada dinding sebelah kiri atas mungkin ada jendela (Aven) atau entrance lainnya. Speleothems gua mulai banyak terlihat seperti Flowstone, Pilar, Stalaktit dan Stalakmit yang masih aktif dan beragam, didalam gua juga terdapat kelelawar, jangkrik, laba-laba dan ular berwarna belang.

Kemudiaan pada jarak 10 meter ke depan tim menemukan aliran sungai bawah tanah yang arahnya menyilang terhadap lorong utama kami tadi, sungai tersebut mengalir ke arah selatan kemudian kami mencoba mengukur kedalamannya dengan menggunakan helm yang terikat tali, kedalaman sungai ini sekitar ± 4 meter dan mempunyai lebar kira-kira 3-4 meter, karena sungai ini memotong lorong utama, kami pun berbalik arah untuk melanjutkan penelusuran dan pemetaan ke arah barat dari lorong utama. Tidak jauh dari stasiun pertama ke arah barat terdapat aliran sungai bawah tanah lagi yang cukup panjang dan dalam kira-kira setinggi pinggang manusia untuk bisa mencapai chamber selanjutnya, kami menyeberangi sungai tersebut secara bergiliran menggunakan tali, lintasan air ini lebarnya sekitar 7 meter menuju sisi barat. Sepuluh menit kemudian, tim sampai di chamber lain di sebelah barat yang berupa kubangan air dan lumpur sehingga lintasan menjadi sulit untuk dilewati, chamber ini bercabang, lebih besar dan sangat kaya dengan ornamen-ornamen gua karena ditemukan banyak stalaktik dan stalakmit aktif akibat dari tetesan air vadosa (Vadosa trickles) juga terdapat banyak kelompok Flowstone, Canopies yang terbentuk akibat aliran air vadosa melalui atap dan dinding gua (Vadosa seepage), saat melaluinya kita juga akan melihat kelompok Gourdam yang menyerupai petakan-petakan sawah pada permukaan gua, adapula gourdam-guordam kecil pada permukaan flowstone hasil dari pengendapan kalsit pada saat air diperlambat oleh bibir (gour) permukaan flowstone itu.

Di ujung chamber ini terdapat sebuah telaga, tim pun harus ekstra hati-hati untuk dapat melihatnya dari dekat karena bila terjatuh, telaga berbentuk lingkaran ini dimana kedalamannya belum dapat diketahui, siap menampung kita. Sepertinya air telaga ini berasal dari aliran air di sepanjang chamber yang kami lewati tadi, tim juga berasumsi ada lorong lain ibawah telaga mungkin juga berbentuk sifon. Kemudian tim kembali menuju lorong bercabang tadi untuk menuju extrance kemudiaan keluar dan menyelesaikan penelusuran ini, pada awalnya tim berencana kembali ke permukaan melalui lubang vertical tempat awal dimana tim masuk dengan menggunakan Single Rope Technique (SRT), setelah dirundingkan tim pun memilih untuk keluar gua melewati extrance lainnya karena keterbatasan waktu, sedangkan untuk menuju kesana tim harus melewati lorong kecil dibeberapa bagian tim harus melewatinya secara merayap. Lima belas menit kemudiaan, di sebelah atas terlihat secercah sinar matahari yang berasal dari dari entrance yang kami cari, tim kemudiaan keluar melewati lorong ini.

Minggu, 11 Juli 2010

Sungai Citarik

Sungai Citarik adalah salah satu sungai yang bermuara di pantai dermaga persinggahan Ratu Pantai Selatan tersebut. pemandangan di sisi Sungai Citarik yang bervariasi dan alamiah. Kami tidak hanya disambut oleh bebatuan besar dan arus yang liar, namun juga tebing batu dan hutan bakau. Untuk mencapainya dari Bandung, perjalanan dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah dari Bandung menuju ke Sukabumi melalui Cianjur. Perjalanan sejauh 80 kilometer ini ditempuh melalui jalan raya nasional yang lancar dalam waktu kurang lebih dua setengah jam. Sedikit macet di Padalarang.

Tahap kedua adalah dari pusat kota Sukabumi menuju ke Cibadak. Ruas jalannya lumayan luas namun macet di beberapa lokasi akibat padatnya aktivitas kanan-kiri jalan. Perjalanan ini kurang lebih memakan waktu satu jam. Saya menganjurkan anda untuk mencari makan terlebih dahulu di daerah ini, sebab setelah ini rutenya adalah menyusuri daerah pedesaan yang sepi.

Pada tahap ketiga, menempuh rute dari Cibadak menuju Cikidang. Jalannya cukup sempit dan berkelok-kelok namun mulus. Di sepanjang perjalanan ini, kita dikepung oleh perkebunan kelapa sawit yang membentang luas. Cikidang terletak di kaki Gunung Halimun, yang selama ini dikenal dengan reservasi alam dan tambang emasnya.

Sungai Citarik merupakan salah satu sungai yang bermuara di pantai Pelabuhan Ratu, selain Sungai Citatih dan Cisolok. Dari ukurannya, sungai ini bisa dibilang tidak lebar. Mungkin hanya selebar Jalan Asia-Afrika di Bandung. Namun strukturnya yang berbatu-batu dan arusnya yang memukau membuat sungai ini menjadi favorit untuk rafting.

Sungai Citarik terbagi ke dalam sejumlah jeram. Salah satu jeram paling awal yang kami temui adalah Jeram Golden Gate, yang bentuknya sempit dengan bebatuan di sisi kanan-kiri. Melintasi jeram ini boleh dibilang cukup sulit, karena perahu harus menerobos celah yang sempit. Bahkan kemarin perahu yang kami tumpangi sempat terbanting-banting, meskipun tidak terbalik.

Jeram lainnya adalah Jeram Zig Zag yang teknik melewatinya adalah dengan sengaja membentur-benturkan perahu ke bebatuan. Mungkin untuk mencegah perahu meluncur terlalu cepat dan tidak terkendali. Di sini komandonya memang cukup menyulitkan. Ada pula Jeram Dinamit. Namanya memang seram, namun itu tidak ada hubungan dengan kondisi arusnya. Dinamai demikian karena pada mulanya terdapat dua sungai bersebelahan, digunakanlah dinamit untuk menciptakan jalur baru yang menghubungkan keduanya.

Jika tidak salah ada sekitar dua puluh jeram yang kami lalui. Ada Jeram Panjang yang menurun sejauh dua ratus meter dengan arus yang mantap. Ada pula Jeram Jumping Jack yang membuat perahu nyaris terlipat di tengah-tengah. Ada Jeram Z yang berbentuk mirip huruf Z besar melintasi tebing berbatu. Suasananya benar-benar menyenangkan, antara tertantang dan tegang campur aduk, yang jelas lebih seru daripada naik roller coaster.

Tiga kilometer terakhir, arusnya lumayan tenang. melewati bagian sungai yang sangat luas namun arusnya sudah tidak lagi melempar-lemparkan perahu kami. Perjalanan berakhir ketika mendekati pusat pembangkit listrik yang terletak pada sisi pantai. Perahu tersebut pun akhirnya berhenti tepat di bawah sebuah jembatan besar.