Sabtu, 10 Juli 2010

Parkour

Parkour adalah sebuah olahraga yang unik. Begitu unik, sampai olahraga ini sulit untuk diajarkan. Sebab, hakekat parkour adalah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan memanfaatkan prinsip gerak tubuh manusia. Kekuatan menjadi faktor penting dalam parkour, meski kuat saja tidaklah cukup untuk mengarungi olahraga yang tergolong ekstrim ini. Selain kuat, aktivitas ini juga sangat mengandalkan kecermatan dan logika dasar fisika. Keunikan fisik setiap orang dan karakteristik tempat yang berbeda-beda inilah yang membuat ilmu parkour sulit untuk di transfer. Setiap orang dituntut untuk menggunakan akalnya masing-masing.

Parkour secara spesifik lahir di kota urban. Karena itu ciri khas olahraga ini adalah set urban dimana terdapat lebih banyak bangunan yang berhimpitan ketimbang lapangan luas. Parkour jadi identik dengan meloncat dari satu gedung ke gedung lainnya, dari atap kemudian mengatasi tembok untuk sampai ke atap lainnya secara ekstrim. Olahraga ini memang diciptakan untuk mengatasi rintangan demi rintangan. Suatu hal yang kemudian menjadi filosofi parkour, yaitu mengajarkan orang untuk tidak mudah menyerah menghadapi rintangan dalam hidup.

Meski masih berada di area abu-abu dunia olahraga, tetap saja parkour mengandung beberapa unsur olahraga. Diantaranya adalah ilmu beladiri, gym, dan akrobat. David Belle sendiri dikabarkan pernah belajar ilmu beladiri dan ikut dalam kegiatan gymnasticsjauh sebelum dia melahirkan parkour. Jika ilmu beladiri adalah ilmu yang mengajarkan fighting, maka parkour adalah "departemen khusus" dalam ilmu beladiri yang mengajarkan orang untuk flighting-atau menyelamatkan diri dari ancaman.

Masih terkait manfaat parkour dari sisi mental, jika seorang traceours dituntut dan dilatih memiliki keyakinan diri. Untuk melompat dari satu titik ke titik lain tidak mungkin bisa dilakukan tanpa ada keyakinan diri, motivasi itulah yang dilatih secara bertahap. Karena olah raga ini tercipta dari inspirasi mereka akan kebebasan, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangi mereka dalam beraksi. Bahkan terkadang pihak berwajib pun sudah angkat tangan oleh ulah para parkourer ini, namun masyarakat lainnya banyak yang tertarik dengan gaya-gaya mereka, namun tidak sedikit pun yang terganggu dengan ulah mereka. Meski terkesan seperti main-main dan senang-senang, olah raga ini benar-benar membutuhkan konsentrasi tinggi dan kedisiplinan dalam berlatih, sedikit saja mereka melakukan kesalahan maka resiko fatal akan mengancam mereka. Olahraga ini sendiri jika Anda lakukan secara serius dapat dengan otomatis membentuk tubuh Anda terlihat lebih berotot dan proposional

Sementara dari sisi fisik tidak diragukan lagi jika kekuatan, kelenturan tubuh menjadi modal utama menjalani parkour. Tak ubahnya olahraga para traceours juga membekali diri dengan melakukan latihan fisik dasar seperti push up dan shit up untuk kekuatan. Latihan gerakan-gerakan spesifik menjadi menu olah fisik selanjutnya dan dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan kemampuan dan keyakinan diri. Berikut teknik - teknik parkour:

Landing:
Mendarat dengan posisi membengkokkan lutut ketika jari kaki menyentuh tanah (Jangan pernah mendarat dengan kaki flat dan selalu mendarat dengan jari kaki anda)

Balance:
Berjalan diatas rintangan dengan menyeimbangkan badan

Cat balance:
Melewati rintangan dengan gerakan menggunakan tangan dan kaki layaknya kucing

Underbar, jump through:
Melompat atau berayun melewati celah diantara rintangan. Secara harafiah seperti menyeberang atau melewati celah.

Dismount, swinging jump:
Bergelantungan; secara harafiah seperti akan pergi. Bergelantungan atau berayun ( bisa di sebuah palang, dinding atau ranting) lalu , mendarat di dinding atau bergelantungan di objek yang lain.

Pop vault, wall hop:
Melewati dinding, biasanya dengan menendang kaki ke dinding untuk mendapatkan daya gerak ke depan atau ke atas gedung.

Vault:
Secara umum bisa dikatakan melewati rintangan dengan melompat.

Turn vault:
Melompat dengan melakukan 180 derajat putaran atau sambil berbalik. Gerakan ini biasanya digunakan ketika kita ingin berpindah dari satu sisi ke sisi lain atu untuk memperdekat jarak mendarat/landing atau persiapan untuk melompat.

Reverse vault:
Melompat dengan melakukan putaran 360 derajat seperti kita berputar untuk menghindari rintangan di tempat yang sama. Tujuan dari perputaran ini adalah tehnik untuk mencari kesenangan contohnya pada saat posisi badan tidak pas atau pada saat kita melakukan kesalahan ketika melewati sebuah rintangan.

Jumat, 09 Juli 2010

Gunung Merbabu

gunung yang tergolong dalam gunung api tua yang terletak bersebelahan dengan Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunung api aktif. Gunung Merbabu mempunyai banyak puncak-puncak bayangan (bukan puncak asli). Karena banyaknya puncak ini seringkali para pendaki mengeluh dan jenuh tapi justru hal inilah yang menjadikan gunung ini menantang untuk di daki. Puncak Gunung Merbabu terdiri atas dua puncak yaitu Puncak Sarip yang terletak pada ketinggian 3.120 m dpl dan Puncak Kenteng Songo dengan ketinggian 3.142 m dpl. Kedua puncak ini mempunyai panorama alam yang berbeda.

Untuk menuju ke puncak Gunung Merbabu ada 2 (dua) jalur utama; lewat Selo/Boyolali dan lewat Tekelan/Kopeng. Kedua jalur mempunyai medan perjalanan yang berbeda. Kalau kita lewat Selo jaraknya lebih jauh tapi mempunyai panorama yang indah. Pohon - pohon pinus di sepanjang jalan terasa menciptakan kenyamanan selama perjalanan dan bisa memandang lereng Gunung Merapi lebih dekat. Perjalanan lewat Tekelan/Kopeng jalurnya lebih landai tetapi karena erosi oleh aliran air hujan menyebabkan rute penjalanan menjadi dua yaitu jalur lama dan jalur baru.

Kawasan di sekitar lereng Gunung Merbabu banyak di tanami oleh sayuran pada musim penghujan dan waktu musim kemarau ditanami tembakau. Kualitas tembakau di sini terkenal baik dan menjaditumpuan penghasilan utama penduduk Selo. Hutan di lereng Gunung Merbabu banyak didominasi oleh pohon cemara dan akasia, dan dihuni oleh Kijang dan monyet. Sebaiknya sebelum mendaki ke Gunung Merbabu kita membawa peta topografi, karena kita akan menemui beberapa puncak, sehingga kita bisa mencocokkan di peta. Bila kita mendaki lewat jalur Selo akan menemui tempat wisata bersejarah yaitu Gua Raja yang terletak 100 meter dari Selo tepatnya di Dusun Jarakan. Tempat ini biasanya di pergunakan untuk kegiatan ritual masyarakat setempat. Musim pendakian biasanya pada bulan Mei - Agustus yang dapat mencapai 5.000 orang untuk setiap tahunnya.

Jalur Selo:
Untuk mencapai Desa Selo yang merupakan desa terakhir yang di lalui oleh kendaraan umum, dari arah Solo kita naik bus jurusan ke Boyolali kemudian naik lagi menuju Selo (20 km) yang terletak pada ketinggian 1.460 m.dpl (lihat jalur pendakian Gunung Merapi lewat selo). Setelah sampai di Desa Selo kita turun di pasar kemudian berjalan menuju Pos Polisi yang terletak tidak jauh, sekitar 100 m. Jalan menuju kampung terakhir dimulai di depan Pos Polsek ini. Sebelum langsung mendaki mintalah ijin terlebih dahulu di Pos Polisi ini.

Perjalanan kita mulai menuju ke kampung Tuk Pakis yang merupakan Kampung terahkir untuk mencapai puncak Gunung Merbabu. Untuk tiba di kampung ini perjalanan melewati jalanan berbatu melalui Kampung Jarakan (1.580 m dpl) dan kampung Selo Tengah sekitar 1 jam perjalanan dari Pos Polisi. Dusun Tuk Pakis terletak pada ketinggian 1.800 m.dpl, merupakan perkampungan kecil. Mata pencaharian sebagian besar penduduk dusun ini dengan bertani sayur-sayuran. Untuk persediaan air sebelum mendaki sebaiknya mengambil di kampung ini karena sumber air tidak kita temui lagi sepanjang pendakian ke puncak Gunung Merbabu. Setelah sampai di kampung ini kita bisa bermalam di rumah pak Soenarto atau dirumah Pak Prawiro (juru kunci Gunung Merbabu) dan meneruskan perjalanan pada pagi harinya atau malam hari.

Dari rumah Pak Sunarto/Prawiro kita berjalan menuju ke arah batas ladang dan hutan yang tidak terlalu jauh. Dari batas hutan dan ladang perjalanan di teruskan di jalan setapak yang akan menemui banyak percabangan menuju ke atas tetapi jalanan akan bertemu di satu tempat yaitu di jalan pertigaan pertama.
awan merbabu. Dari pertigaan pertama kita menuju ke jalan yang lurus atau ke arah kanan sama saja, mulai akan bertemu di percabangan jalan. Dari percabangan kita ambil jalan ke arah kiri yang melewati sebuah bukit maka kita akan sampai di Dok Jarakan (45 menit), lalu jalan ke arah kanan kita akan sampai di Dok Malang. Perjalanan dari Dok Jarakan ke Dok Malang di butuhkan waktu sekitar 30 menit.

Dari Dok Malang, kita berjalan ke arah kiri sampai ketemu hutan yang agak lebat, belok ke arah kanan, menyusuri pinggiran jurang kita akan sampai di pertigaan Ampel. Kemudian perjalanan diteruskan menyusuri jalanan lurus, lalu ke arah kiri selama 1 jam kita akan sampai di Pos Gopa.,dan kita teruskan menuju ke Batu Gubuk. Dari Batu Gubuk diteruskan lagi menuju ke Sabana I. Dari Sabana I jalan mulai landai dan kita akan sampai di Sabana II, sebuah padang rumput yang letaknya dilereng Gunung Kukusan. Dari Sabana II kita langsung bisa menuju ke puncak Kenteng Songo (3.142 m.dpl). Dari Puncak kenteng Songo kita meneruskan perjalanan ke puncak Sarip (3.120 m.dpl). Total perjalanan dari Selo sampai ke puncak Gunung Merbabu membutuhkan waktu 7-8 jam dan turunnya 5 jam perjalanan.

Jalur Kopeng:
Dari Jogjakarta kita menuju ke arah Magelang, kemudian di teruskan ke arah Salatiga, turun di Kopeng (15 Km). Di Kopeng terdapat hotel maupun losmen untuk menginap. Dari Kopeng perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tekelan (1.595 m dpl) selama 1 jam perjalanan, yang merupakan desa terakhir. Di desa ini hendaknya para pendaki melengkapi perbekalan dan mengambil air untuk pendakian.

Dari Tekelan kita menuju ke Pos Bayangan (Pending), melewat kebun penduduk dan hutan pinus lalu diteruskan ke Pos Gumuk, perjalanan membutuhkan waktu 2,5 jam. Dari pos I diteruskan menuju ke pos II (Lempong Sampai) selama 0,5 jam. Setelah sampai di pos II jalan kita teruskan menyusuri hutan heterogen selama 1 jam akan menemui pos III ( Watu gubuk ) dengan ketinggian 2.400 m m dpl.

Ditempat ini kita bisa menikmati pemandangan lebih leluasa karena tidak terhalang pepohonan. Dari Pos III berjalan selama 1 jam lagi kita akan sampai di Pos IV pada ketinggian 2.880 m dpl, dimana terdapat pemancar TVRI. Dari Pos IV perjalanan kita lanjutkan ke Pos V yang membutuhkan waktu selama 0,5 jam perjalanan. Setelah dari pos V kita menuju ke puncak Sarip (3.120 m dpl) selama 0,5 jam per jalanan.

Puncak Sarip adalah puncak kedua setelah puncak Kenteng Songo. Perjalanan dari kopeng sampai ke puncak Gunung Merbabu memakan waktu sekitar 7 - 8 jam dan turunnya membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan.

Kamis, 08 Juli 2010

Tebing Lawe

Tebing Lawe menempel di sisi selatan bukit Lawe, Desa Kendaga, kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, Jawa Tengah. Desa Kendaga, yang terkenal dengan salak dan ikan lelenya, bisa dicapai dari kota Banjarnegara dengan minibus jurusan Banjarnegara-Kr. Kobar. Sedangkan untuk mencapai dasar tebing, masih harus jalan kaki sekitar 1 kilometer.

Tebing Lawe, yang mempunyai ketinggian kurang lebih 230 meter, disusun oleh batuan andesit muda. Jalur pemanjatan dimulai dengan batuan halus, licin, dan berlumut dengan kemiringan lebih dari 80 derajat. selanjutnya, batuan rapuh yang bertumpuk-tumpuk. pada ketinggian 30 meter terdapat teras kecil, saya melakukan hanging belay disana (saat itu tali dinamic yang saya gunakan panjangnya hanya 50 meter). Pada ketinggian 75 meter terdapat teras besar bernama Gajahan. Untuk mencapainya terlebih dahulu harus menaklukan overhang yang cukup menyulitkan.

Di atas Gajahan, ditumbuhi rumput-rumput lebat, terkesan seperti akhir tebing (puncak), padahal masih jauh diatas. Diperlukan konsentrasi dan kesabaran yang tinggi di medan ini. Kerapatan pemasangan pengaman harus tetap dijaga, walaupun berumput, akan tetapi sebenarnya rumput-rumput tumbuh di kemiringan tebing. Konsentrasi juga diperlukan untuk menghindari satwa-satwa tebing. Lubang-lubang kecil yang bisa digunakan sebagai pegangan dan pengaman seringkali adalah sarang tokek. Belum lagi beberapa sarang alap-alap di rerumputan tebing.

Permasalahan yang cukup merepotkan dalam pemanjatan tebing andesit, sebagaimana tebing Lawe, adalah soal pengaman. Berbeda dengan tebing karst, pengaman yang paling aman di medan andesit adalah bor. Akan tetapi, pemasangan-pemasangan bor sangat memakan waktu dan tenaga. Permasalahan menjadi komplit saat ketinggian sudah mencapai 75 meter (di atas Gajahan) karena kebutuhan fliying camp pemasangan bor menjadi lebih banyak.

Untuk memanjat tebing ini biasanya digunakan Himalayan Technic, yaitu pemanjat dibagi menjadi beberapa tim. Pertama tim atlet yang terdiri dari seorang leader atau pembuat jalur dan dua orang belayer (jika menggunakan sistem double belay). Tim kedua yaitu tim pendukung yang bertugas di dasar tebing, mengatur tali transport dan bersiap sebagai tim rescue jika terjadi sesuatu. Selanjutnya tim terakhir adalah tim pengamat yang berada di lokasi strategis yang dapat mengamati dasar tebing sampai ke puncak tebing.

Puncak Lawe memang tidak begitu eksotik. Hal ini disebabkan karena puncak Lawe dapat dicapai dengan jalan kaki dari sisi utara, sehingga kesan terisolasinya, sebagaimana puncak sebuah tebing, berasa kurang. Akan tetapi tebing Lawe menghadirkan sebuah tantangan yang cukup seru di seluruh sisi-sisi tebingnya yang curam. Pasti memacu adrenalin para climbers.

Rabu, 07 Juli 2010

Gua Lowo dan Gua Barong

Gua Lowo dan Gua Barong yang terletak di desa Banjar Rejo kecamatan Donomulyo. Kedua gua ini memang tidak terlalu populer bagi orang awam, tetapi di kalangan pecinta alam, keduanya merupakan tempat yang biasa digunakan untuk latihan pengenalan ornamen maupun pembelajaran pemetaan gua.

Gua sering dijumpai di sekitar kawasan karst di daerah pantai. Dengan tanahnya yang kering dan banyak mengandung unsur kapur, di dalamnya menyimpan potensi sumber daya air tanah yang melimpah. Beberapa hal yang dapat dipelajari dalam kegiatan caving antara lain Single Rope Technique (SRT), vertical rescue dan mapping (pemetaan gua).
Ada dua jenis gua menurut medannya yaitu gua vertikal dan gua horizontal.

Penelusuran ke gua Lowo yang merupakan gua horizontal. Malam hari adalah waktu yang paling efektif mengingat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kondisi di dalam gua baik siang maupun malam hari adalah sama, gelap total. Tanpa lampu, dalam keadaan membuka atau menutup mata, situasinya sama saja. Kedua, kelelawar keluar di malam hari, ini menguntungkan karena tidak ada pengganggu yang akan menabrak atau menggigit selagi kami berkegiatan. Dan ketiga, siang hari bisa kami manfaatkan untuk istirahat dan koordinasi kegiatan selanjutnya.

Di dalam mulut gua yang remang-remang, timbunan guano membentuk cendawan kabut gas pekat membuat pernapasan terganggu. Guano adalah kotoran kelelawar yang sekarang ini sedang diminati masyarakat sebagai pupuk tanaman. Kami harus menarik napas dalam-dalam untuk mencukupi oksigen dalam paru-paru. Beberapa pasang mata hewan pengerat yang bergelantungan di atas mengawasi kami dengan bengis, tidak senang rumahnya diganggu sekelompok anak yang gemar tantangan. Aliran sungai bawah tanah setinggi lutut dan lumpur yang ada di dasarnya membuat perjalanan terasa berat, ini baru permulaan karena sebentar lagi semuanya akan dibayar dengan sepadan.

Kira-kira selama empatpuluh menit tim melewati sungai lumpur. Setelah itu melewati jalur yang menanjak, turun, menerobos sela-sela dinding, melalui batuan gua yang licin, basah dan curam. Tidak jarang tim harus mengendap-endap, merayap, terpeleset, terantuk batu, jatuh dan tergores. Salah satu dari tim bahkan sempat berkomentar bahwa dalam caving, tidak perlu terbentur untuk terluka, cukup dengan menoleh ke belakang saja. Di sinilah peran savety prosedur sangat penting. Dibutuhkan stamina yang fit dan kewaspadaan lebih.

Lorong yang sempit, gelap dan dingin, chamber atau ruangan gua seluas separuh lapangan basket, aliran sungai bawah tanah yang memanjang, kibasan sayap kelelawar dan tetesan air dari langit-langit goa menemani perjalanan ini, membuat suasana sedikit lebih dramatis. Semakin ke dalam, oksigen cenderung bertambah karena terbawa aliran sungai yang semakin deras. Tidak ada lumpur di dasarnya berganti kilauan air bening yang bercahaya tertimpa sinar headlamp dan senter yang silang menyilang dalam ruangan. Air di dalam gua merupakan air perkolasi yang mengalir dari permukaan tanah melalui sistem celah dari batu gamping setelah terjadi proses penyaringan alami, sebagian membentuk ornamen gua sebagian dialirkan ke dasar lantai gua membentuk pola-pola jeram mirip terasering bernama raimstone.

Berbagai ornamen goa mulai menampakkan keindahannya, sebuah kanopi besar menjadi gapura selamat datang, seolah membawa menuju istana dunia lain. Sungguh karya seni luar biasa dari Sang Maha Pencipta. Di chamber berikutnya bermunculan jajaran gourdam, stalagmit yang runcing bergelantungan, stalagtit dengan kilauan kristal kalsit, microgourdam yang berliku-liku penuh kontur, drapery yang menyerupai lipatan kain, pilar yang terjadi karena bersatunya stalagtit dan stalagmit, column, bacon yang tembus sinar lampu, flowstone yang mengkilat dengan tetesan air dari langit-langit, sodastraw yang berbentuk mirip sedotan vertikal ke bawah, dan helictit yang berbentuk aneh tak beraturan dan tumbuh melawan gravitasi.

Sebuah kubah seputih pualam, flowstone, permukaannya mengalirkan endapan kalsium bersama air. Di langit-langit gua yang gelap, ribuan sodastraw dengan air yang menetes di ujungnya berkelip-kelip seperti kunang-kunang yang diam, tak bergerak seolah tertawan jaring laba-laba raksasa. Bacon yang tipis sehingga dapat ditembus sinar lampu senter dan menyebabkan bunyi nyaring ketika dipukul, buliran-buliran air membentuk kontur yang rumit tapi seimbang dalam dimensi yang tepat, suara gemericik, dan suasana yang menantang para penderita gaustrophobia, semuanya terformat dalam satu ekspedisi.

Selasa, 06 Juli 2010

Sungai Serayu

Sebelum melakukan pengarungan sungai, tim berlatih terlebih dahulu yaitu teknik dayung, teknik menjadi skipper, manuver perahu, dan teknik Ferrying. Tidak lupa untuk diperhatikan sebelum berlatih kita harus mengenal alat-alat yang harus dipersiapkan di dalam pengarungan. Di dalam pengarungan sungai ada peralatan kelompok dan peralatan pribadi. Peralatan kelompok meliputi ; pertama perahu karet, adalah perahu yang terbentuk dari tabung udara yang terbuat dari bahan karet berserat, sejenis hypalon, ataupun PVC. Perahu yang tim gunakan adalah tipe River Boat, bentuk oval dibuat khusus untuk mengarungi sungai arus deras. Bagian depan dan belakang perahu mencuat ke atas, permukaan dasar perahu terdapat self bailing (kantong udara)., sehingga air yang masuk ke dalam perahu secara otomatis akan terangkat dan keluar melalui lubang-lubang self bailing floor. Peralatan kelompok kedua adalah dayung, yaitu jenis paddle satu bilah / one blade. Ketiga, tali yang terletak di samping perahu dengan panjang ± 5 meter. Keempat, peta sungai yang digunakan adalah peta topografi dengan skala 1 : 25.000. kelima, pompa untuk memompa perahu. Keenam, throwbag atau rescue rope (tali lempar), digunakan saat rescue yaitu saat menolong personil yang terlempar dari perahu dari kondisi wrap. Terakhir, dry bag, merupakan tas kedap air yang digunakan untuk menyimpan barang yang dibutuhkan dalam pengarungan.

Untuk perlengkapan pribadi agar safety yaitu pelampung, jenis yang digunakan pelampung padat yang memiliki daya apung 10–15 Kg. Helm, dari bahan plastik dan berlubang-lubang. Sepatu, mampu melindungi kaki dari benturan dan gesekan. Terakhir, Flipe Line, yaitu tali yang terbuat dari bahan nylon (weebing) yang berguna untuk membalikkan perahu maupun sebagai anchor pada keadaan emergency.

Keselamatan tim tergantung pada kekompakan dan ketaatan pada alat, juga kewaspadaan. Setelah pelatihan teknik pengarungan dan pengenalan alat, tim juga dibekali cara dalam melewati jeram. Jeram di sini merupakan bagian dari sungai yang mengalami percepatan arus dan turbolensi (air yang bergolak karena bentuk arus yang tidak teratur). Banyak jeram yang ada di Sungai Serayu diantaranya jeram selamat datang, jeram tangga, jeram dwi, jeram double drop, jeram S1, jeram S2, jeram S3 dan sebagainya.

Kelima dari personel dalam tim dengan posisi 2 pendayung depan, 2 pendayung belakang dan 1 orang skipper, merupakan posisi yang mendukung untuk melakukan pengarungan. Tepat pagi-pagi benar tim berangkat naik angkutan yang sengaja disewa untuk mengangkut tim dan alat-alat yang dipakai tim.

Start utama yaitu Belimbing. Perasaan gugup harus dikalahkan dan tidak lupa berdoa terlebih dahulu sebelum menyambut jeram yang menjadi maskot pengarungan. “Sekata, Sehati, Setujuan,…” merupakan semangat yang tak putus dari para personel Arung Jeram. Dengan perintah skipper perahu mulai meluncur. Saat jeram sudah mendekati pandangan, perahu segera menepi dan tim melakukan scouting Area, ini dilakukan untuk mengamati jalur yang belum dikenal atau belum pernah dilalui, khususnya bagi pemula dengan tujuan untuk mencari jalur paling aman yang dapat dilalui dalam pengarungan.

Tim siap menghajar jeram, aba-aba dari skipper segera ditangkap, perahu melaju dengan perlahan dan melewati jeram. “Hayo hajar….hantam…” teriak skipper dan personel dengan semangat menggebu-gebu. Jeram terlewati, tidak lupa tim menoleh ke belakang melihat bentukan jeram. Air bergelombang membentuk standing wave yang memukau, serta gelombang hydrolik yang mendebarkan terlihat jelas. Jeram paling menakutkan adalah jeram S3, karena dari bentukan bensnya (belokan), mengarah ke kanan dengan batas depan tebing, jika perahu terlempar ke tebing bisa mengalami wrap karena terhempas arus dan menempel tebing. Untuk menanggulangi maka segera merencanakan untuk melepas perahu dari keadaan wrap dengan teknik rescue.

Saat mencapai flat water, semua personil diberi aba-aba untuk pindah ke kiri dan perahu dibalik. Semua personil jatuh ke air. Setelah itu flip flap dipraktekkan . sampai di Bojanegara, istirahat dan membuka bekal yang sudah tim persiapkan. Setelah selang satu jam tim melanjutkan pengarungan. Kemudian, tibalah sampai finish, yaitu di Serayu camp. Sungai Serayu dengan grade 3+ sangat cocok untuk olahraga Arung Jeram.

Senin, 05 Juli 2010

Selancar di Kepulauan Mentawai

Kepulauan Mentawai merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat. Mentawai yang terletak di jarak 150 km di lepas pantai Pulau Sumatera. Kabupaten 601 km ² area dihuni oleh 64.235 jiwa adalah orang yang paling asli. Kepulauan Mentawai terdiri dari 213 pulau dengan 4 pulau utama yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Beribukota di Tua Pejat, Kabupaten Mentawai terbagi menjadi 4 kecamatan dan 40 desa.

Olah raga air yang satu ini belakangan udah makin booming dan memikat hati banyak orang. Peminatnya pun nggak cuma didominasi oleh kalangan remaja dan dewasa saja. Anak-anak (kebanyakan sih anaknya bule) juga tergoda untuk berseluncur di atas ombak. Padahal, untuk bisa surfing dan 'menaklukkan' ombak nggak mudah. Banyak syarat yang harus kamu penuhi kalo mau menjadi seorang surfer, entah itu serius atau cuma nyoba-nyoba.

Pertama, kamu harus bisa berenang. Coba deh kamu perhatikan, nggak ada satu pun surfer yang pake pelampung ketika beraksi kan? Mereka cuma make kostum surfer yang menyerap air layaknya baju berenang (wetsuit), malah banyak juga surfer cowok yang cuma bertelanjang dada (mo mamerin 6 packs-nya kali yaa, hehe). Padahal, bagi surfer ahli sekalipun, kemungkinan ia gagal melakukan manuver ketika menerjang ombak tetap terbuka lho, apalagi buat kamu yang pemula! Yakin deh, jangankan manuver, untuk bisa bener-bener berhasil standing di atas papan seluncur aja minimal kamu akan butuh satu jam berlatih sampe akhirnya kamu menguasai teknik-teknik dasarnya. Artinya, kalo kamu gagal seluncur di atas ombak ya otomatis kamu akan jatuh ke laut. Nah, kebayang kan kalo kamu nggak bisa berenang?

Kedua, kamu harus memiliki adrenalin yang tinggi biar nggak langsung keder begitu melihat ombak besar. Kalo udah jiper duluan, gimana mau standing dan melakukan manuver?

Ketiga, pantang menyerah. Jatoh berkali-kali sebelum akhirnya bisa berhasil standing, itu biasa. Jadi kamu nggak perlu malu or minder. Keep working on it, karna cuma semangat, rasa penasaran dan pantang menyerah yang bisa bikin kamu berhasil meluncur di atas ombak. Tapi nanti begitu kamu berhasil, dijamin pasti kamu akan puas!

Selain itu, ada lagi hal yang harus diperhatikan surfer pemula yang baru mau belajar surfing, yaitu tipe pantai. Disarankan buat kamu untuk berlatih di pantai berpasir (beachbreak). Di pantai ini, ombaknya nggak seganas ombak di pantai berkarang (reef) yang tinggi ombaknya mencapai 2-3 meter. Sebaliknya, bagi surfer terlatih, pantai berkarang adalah 'makanan' yang harus dilahap. Semakin tinggi ombak, semakin adrenalin mereka terpacu untuk berseluncur dan bermain-main dengan gulungan ombak. Nggak heran jika surfing dikategorikan dalam extreme water sport kalo kamu pernah melihat aksi 'gila' mereka.

Sekarang, gimana mau surfing nih kalo kamu belom tau peralatan apa aja yang dibutuhkan seorang surfer. Nih, flash kasih tau. Catet ya. Papan seluncur (surfboard): yang baru harganya 3-8 jutaan, yang second 400rb - 2jutaan; legrope (300rb); surfwax (30rb), boardshort (200-600rb); wetsuit (300rb - 1 jutaan); booties (400rb); helmet; dll. Alat-alat ini sebenernya bisa disewa di tempat kamu surfing (50-100rb/jam), tapi akan lebih baik kalo kamu punya surfboard sendiri, biar kamu bisa lebih kenal dan terbiasa dengan surfboard kamu itu. Oya, untuk surfer pemula disarankan menggunakan papan seluncur mini malibu (papan yang panjang dan agak tebal).

Minggu, 04 Juli 2010

Kepulauan Karimun Jawa

Kepulauan Karimunjawa Jawa terdiri atas 27 pulau-pulau kecil yang terletak di laut Jawa. Lokasinya sekitar 83 km utara Kota Jepara. Dari 27 pulau, hanya lima pulau yang berpenghuni, yakni Pulau Karimunjawa, Kemujan, Parang, Nyamuk, dan Genting. Ada dua alternatif jalur transportasi laut yang bisa digunakan menuju Karimunjawa, yakni dengan menggunakan KMP Muria dari Pelabuhan Kartini Jepara atau kapal cepat Karimunjawa dari pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Namun angkutan yang satu ini, sejak sebulan lalu, dalam kondisi rusak dan tengah diperbaiki. Ini yang menyebabkan lonjakan penumpang di KMP Muria selama sebulan terakhir. Dalam sepekan, terdapat dua kali jadwal pelayaran dari Jepara ke Karimunjawa, yakni Rabu dan Sabtu.

Hiu. Hmm, siapa yang tak mengenal binatang jenis mamalia yang satu ini. Keganasannya, tak usah diragukan lagi. Giginya yang tajam tentu saja bisa dengan mudah mengoyak mangsanya seketika, tak terkecuali manusia. Maka tak heran jika hiu merupakan binatang laut yang paling ditakuti. Nah, di Pulau Menjangan besar Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, terdapat sebuah lokasi di mana kita justru bisa bercengkrama dengan hiu-hiu putih (carcharodon carsharias) tanpa rasa khawatir.

Di rumah apung yang sekaligus menjadi tempat penginapan para wisatawan inilah, puluhan ikan hiu berukuran antara 1-1,5 meter dipelihara. Oleh pemiliknya, ikan hiu ini menjadi semacam hiburan bagi wisatawan yang menginap di rumah apung tersebut. Belakangan, seiring animo wisatawan mengunjungi lokasi tersebut, pihak pengelola rumah terapung mempersilakan wisatawan yang ingin menjajal adrenalin berenang bersama kumpulan hiu.

Untuk biaya masuk, pihak pengelola tak menetapkan biaya masuk untuk satu rombongan hanya Rp 20.000,- Murah sekali bukan?! Apalagi tarif tersebut sudah termasuk peminjaman peralatan snorkling, seperti Goggle, snorkle, dan fin.

Sensasi inilah, yang juga memancing saya untuk uji nyali. Awalnya memang rada deg-degan, namun setelah mengetahui bahwa pemilik memberi makan yang cukup kepada mereka dan meyakinkan saya bahwa hiu-hiu itu jinak, saya pun akhirnya nyemplung ke kolam yang berisi sekitar sembilan ikan hiu itu. Terdapat dua kolam ikan hiu di rumah apung yang dibangun sejak 18 tahun lalu itu. Kolam pertama, berukuran sekitar 3m x 7m, berada persis di depan wisma yang mengarah ke laut lepas. Di kolam ini, wisatawan tak diperkenankan berenang. Mengingat, selain dihuni hiu putih tapi juga terdapat ikan barakuda yang tergolong ganas.

Tamu atau pengunjung yang datang di wisma, hanya diperkenankan berenang di kolam berada samping kiri wisma. Selain terdapat hiu, di kolam ini juga ada seekor kura-kura berukuran cukup besar. Selain menawarkan sensasi bercengkerama dengan ikan hiu, kawasan pasir putih yang menghampar di bibir pantai pulau menjangan kecil menjadi daya tarik tersendiri. Lokasi ini juga bisa digunakan sebagai kawasan terapi air laut.