Minggu, 11 Juli 2010

Sungai Citarik

Sungai Citarik adalah salah satu sungai yang bermuara di pantai dermaga persinggahan Ratu Pantai Selatan tersebut. pemandangan di sisi Sungai Citarik yang bervariasi dan alamiah. Kami tidak hanya disambut oleh bebatuan besar dan arus yang liar, namun juga tebing batu dan hutan bakau. Untuk mencapainya dari Bandung, perjalanan dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah dari Bandung menuju ke Sukabumi melalui Cianjur. Perjalanan sejauh 80 kilometer ini ditempuh melalui jalan raya nasional yang lancar dalam waktu kurang lebih dua setengah jam. Sedikit macet di Padalarang.

Tahap kedua adalah dari pusat kota Sukabumi menuju ke Cibadak. Ruas jalannya lumayan luas namun macet di beberapa lokasi akibat padatnya aktivitas kanan-kiri jalan. Perjalanan ini kurang lebih memakan waktu satu jam. Saya menganjurkan anda untuk mencari makan terlebih dahulu di daerah ini, sebab setelah ini rutenya adalah menyusuri daerah pedesaan yang sepi.

Pada tahap ketiga, menempuh rute dari Cibadak menuju Cikidang. Jalannya cukup sempit dan berkelok-kelok namun mulus. Di sepanjang perjalanan ini, kita dikepung oleh perkebunan kelapa sawit yang membentang luas. Cikidang terletak di kaki Gunung Halimun, yang selama ini dikenal dengan reservasi alam dan tambang emasnya.

Sungai Citarik merupakan salah satu sungai yang bermuara di pantai Pelabuhan Ratu, selain Sungai Citatih dan Cisolok. Dari ukurannya, sungai ini bisa dibilang tidak lebar. Mungkin hanya selebar Jalan Asia-Afrika di Bandung. Namun strukturnya yang berbatu-batu dan arusnya yang memukau membuat sungai ini menjadi favorit untuk rafting.

Sungai Citarik terbagi ke dalam sejumlah jeram. Salah satu jeram paling awal yang kami temui adalah Jeram Golden Gate, yang bentuknya sempit dengan bebatuan di sisi kanan-kiri. Melintasi jeram ini boleh dibilang cukup sulit, karena perahu harus menerobos celah yang sempit. Bahkan kemarin perahu yang kami tumpangi sempat terbanting-banting, meskipun tidak terbalik.

Jeram lainnya adalah Jeram Zig Zag yang teknik melewatinya adalah dengan sengaja membentur-benturkan perahu ke bebatuan. Mungkin untuk mencegah perahu meluncur terlalu cepat dan tidak terkendali. Di sini komandonya memang cukup menyulitkan. Ada pula Jeram Dinamit. Namanya memang seram, namun itu tidak ada hubungan dengan kondisi arusnya. Dinamai demikian karena pada mulanya terdapat dua sungai bersebelahan, digunakanlah dinamit untuk menciptakan jalur baru yang menghubungkan keduanya.

Jika tidak salah ada sekitar dua puluh jeram yang kami lalui. Ada Jeram Panjang yang menurun sejauh dua ratus meter dengan arus yang mantap. Ada pula Jeram Jumping Jack yang membuat perahu nyaris terlipat di tengah-tengah. Ada Jeram Z yang berbentuk mirip huruf Z besar melintasi tebing berbatu. Suasananya benar-benar menyenangkan, antara tertantang dan tegang campur aduk, yang jelas lebih seru daripada naik roller coaster.

Tiga kilometer terakhir, arusnya lumayan tenang. melewati bagian sungai yang sangat luas namun arusnya sudah tidak lagi melempar-lemparkan perahu kami. Perjalanan berakhir ketika mendekati pusat pembangkit listrik yang terletak pada sisi pantai. Perahu tersebut pun akhirnya berhenti tepat di bawah sebuah jembatan besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar